Rabu, 30 April 2008

Calon Pesiden AS dan Israel Berniat Menyerang Iran




Tak habis-habisnya kaum kontra revolusioner menebarkan benih-benih kehancuran di muka bumi. Belum selesai pembantaian yang dilakukan di Afganistan, Irak dan Palestina, mereka sekarang mengintai Suriah dan Iran.

Lihat situs Antara, 17 April 2008, dua bakal calon Presiden Amerika Serikat, Barrack Obama dan Hillary Clinton, berniat menyerang Iran.

"Dan kami akan membuat rakyat Iran tahu bahwa, ya, suatu serangan terhadap Israel bisa memicu serangan balasan secara besar-besaran," kata Hillary Clinton.

Tak ubahnya seperti Hillary Clinton, rival terberat dia, Barrack Obama ikut mengecam Iran dan menyatakan akan mendukung penuh serta melindungi Israel dari musuh-musuhnya. Betapa mengerikan kebijakan-kebijakan Amerika Serikat nantinya jika dipimpin oleh mereka.

Nampaknya Bush akan memberikan tongkat estafet kepemimpinannya kepada salah satu bakal calon itu dengan gembira. Sebab, mereka adalah “koboi-koboi” yang mewarisi bakat-bakat Bush sebagai seorang penghancur, dan tentu saja ditemani oleh sekutu-sekutu mereka yang setia, dan Israel adalah salah satunya.

Kepemilikan nuklir oleh negara-negara yang melawan hegemoni global merupakan ancaman nyata bagi kaum kontra revolusioner. Padahal kebutuhan nuklir saat ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhan energi alternatif.

Kemampuan plutonium yang sangat dahsyat menggiurkan manusia untuk mengeksplorasi dan memanfaatkannya. Atas dasar itulah Iran, Suria, Korea Utara dan negara-negara lainnya mengembangkan nuklir. Nuklir juga mempunyai posisi tawar yang sangat baik dalam percaturan politik Internasional. Sebab itulah Amerika Serikat menganggap dirinya sebagai polisi dunia yang merasa berkewajiban untuk menertibkan nuklir di muka bumi dan memonopolinya untuk memperkuat hegemoni mereka di dunia. Embargo adalah nada-nada klasik, lalu melodinya berupa invasi.

Iran, Suriah, Korea Utara, Kuba, Venezuela, Palestina adalah contoh kongkret dari perlawanan kaum revolusioner terhadap negara-negara adidaya itu. Mereka memutuskan untuk melawan arus hegemoni global meski ancaman terus menghadang. Seperti layang-layang, semakin kuat melawan angin, maka semakin tinggilah layang-layang

Tidak ada komentar: